Jumat, 02 Maret 2012

Nama-nama Suku Bangsa di Indonesia

Nama-nama Suku Bangsa di Indonesia


No. Provinsi Nama Suku
1 Nangroe Aceh Darussalam Aceh, Gayo, Alas, Kluet, Tamiang, Singkil, Anak Jame, Simeleuw, dan Pulau
2 Sumatera Utara Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Fakfak, Batak Angkola, Batak Toba, Melayu, Nias, Batak Mandailing, dan Maya-maya
3 Sumatera Barat Minangkabau, Melayu, dan Mentawai, Tanjung Kato, Panyali, Caniago, Sikumbang, dan Gusci
4 Riau Melayu, Akit, Talang Mamak, Orang utan Bonai, Sakai, dan Laut, dan Bunoi
5 Riau Kepulauan Melayu, Siak, dan Sakai
6 Jambi Batin, Kerinci, Penghulu, Pedah, Melayu, Jambi, Kubu, dan Bajau
7 Bengkulu Muko-muko, Pekal, Serawai, Pasemah, Enggano, Kaur, Rejang, dan Lembak
8 Sumatera Selatan Melayu, Kikim, Semenda, Komering, Pasemah, Lintang, Pegagah, Rawas, Sekak Rambang, Lembak, Kubu, Ogan, Penesek Gumay, Panukal, Bilida, Musi, Rejang, dan Ranau
9 Lampung Pesisir, Pubian, Sungkai, Semenda, Seputih, Tulang Bawang, Krui Abung, dan Pasemah
10 Bangka Belitung Bangka, Melayu, dan Tionghoa
11 Banten Baduy, Sunda, dan Banten
12 DKI Jakarta Betawi
13 Jawa Barat Sunda
14 Jawa Tengah Jawa, Karimun, dan Samin
15 D.I. Yogyakarta Jawa
16 Jawa Timur Jawa, Madura, Tengger, dan Osing
17 Bali Bali Aga dan Bali Majapahit
18 Nusa Tenggara Barat Bali, Sasak, Samawa, Mata, Dongo, Kore, Mbojo, Dompu, Tarlawi, dan Sumba
19 Nusa Tenggara Timur Sabu, Sumba, Rote, Kedang, Helong, Dawan, Tatum, Melus, Bima, Alor, Lie, Kemak, Lamaholot, Sikka, Manggarai, Krowe, Ende, Bajawa, Nage, Riung, dan Flores
20 Kalimantan Barat Kayau, Ulu Aer, Mbaluh, Manyuke, Skadau, Melayu-Pontianak, Punau, Ngaju, dan Mbaluh
21 Kalimantan Tengah Kapuas, Ot Danum, Ngaju, Lawangan, Dusun, Maanyan, dan Katingan
22 Kalimantan Selatan Ngaju, Laut, Maamyan, Bukit, Dusun, Deyah, Balangan, Aba, Melayu, Banjar, dan Dayak
23 Kalimantan Timur Ngaju, Otdanum, Apokayan,Punan, Murut, Dayak, Kutai, Kayan, Punan, dan Bugis
24 Sulawesi Selatan Mandar, Bugis, Toraja, Sa’dan, Bugis, dan Makassar
25 Sulawesi Tenggara Mapute, Mekongga, Landawe, Tolaiwiw, Tolaki, Kabaina, Butung, Muna, Bungku, Buton, Muna, Wolio, dan Bugis
26 Sulawesi Barat Mandar, Mamuju, Bugis, dan Mamasa
27 Sulawesi Tengah Buol, Toli-toli, Tomini, Dompelas, Kaili, Kulawi, Lore, Pamona, Suluan, Mori, Bungku, Balantak, Banggai, dan Balatar
28 Gorontalo Gorontalo
29 Sulawesi Utara Minahasa, Bolaang Mangondow, Sangiher Talaud, Gorontalo, Sangir, Ternate, Togite, Morotai, Loda, Halmahera, Tidore, dan Obi
30 Maluku Buru, Banda, Seram, Kei, dan Ambon
31 Maluku Utara Halmahera, Obi, Morotai, Ternate, dan Bacan
32 Papua Barat Mey Brat, Arfak, Asmat, Dani, dan Sentani
33 Papua Sentani, Dani, Amungme, Nimboran, Jagai, Asmat, dan Tobati
Demikianlah Nama-nama Suku Bangsa di Indonesia.
Semoga bermanfaat…

4 Tahun Pemekaran, Pembangunan Di Kab. Paluta Masih Statis


                Setelah 4 (empat) tahun pemekaran, fakta menyatakan  percepatan pembangunan khususnya pelayanan kepada masyarakat Kabupaten Padang Lawas Utara masih statis. Sehingga dapat dinilai pembangunan daerah ini terus mengalami stagnasi.
Penilian ini, didasarkan kepada opini yang berkembang di dalam masyarakat secara umum, khususnya penilaian kinerja Pemerintah Daerah, yang tidak tepat sasaran dan sekedar menghamburkan uang Negara.

              Demikian dikatakan, ketua umum Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Padang Lawas Utara (P.P. Gema Paluta), Gusti Putra Hajoran Siregar.
Hal itu dikatakan terkait adanya opini tentang meningkat dan majunya pembangunan di Kabupaten Padang Lawas Utara, Gema Paluta berpendapat opini itu hanyalah sesuatu penilaian yang menyimpang dan sangat menyesatkan.
            
               Kita ketahui, ujar Gusti, cita-cita awal pembentukan kabupaten yang baru adalah amanah otonomi daerah di era reformasi dan memiliki semangat akcelaration (percepatan) pembangunan dan welfare society (kesejahteraan masyarakat), tetapi kenyataan yang paradoks justru mengahsilkan kesan yang mengecewakan semua pihak.

              Untuk itu, perlu political will (kemauan politik) dari pemerintah serta dukungan dari berbagai pihak untuk saling mendukung dan bersinergi, pembangunan bisa berjalan lancar apabila dikawal bersama, jangan membuat penilaian-penilaian yang menyampingkan suara mayoritas dalam hal ini masyarakat.

               “Sungguh keniscayaan pembangunan akan dapat terwujud, tanpa adanya kemauan dari pemerintah yang efektif, efisien, progresif dan transparan,” tuturnya.
Sebab itu, lanjut Gusti, masyarakat umum pun bisa menilai opini itu hanyalah sebuah rekayasa intelektual yang bertujuan untuk mendoktrinisasi publik. “era modern saat ini, progresifitas informasi dan teknologi telah menjadikan masyarakat  makin cerdas dan mampu melakukan penilaian kritis dan objektif terhadap persoalan, meskipun kualitasnya masih dalam taraf  kesederhanaan”, pungkasnya.
Sumber:
Redaksi, Pengiriman Berita,
dan Informasi Pemasangan Iklan:
apakabarsidimpuan[at]gmail.com